Selamat Datang

Assalamualaikum Wr. Wb

menu

Senin, 07 Maret 2016

"AYAH BISU"

#‎Copas‬ "AYAH BISU"
Sebuah tulisan karya Sarah binti Halil bin Dakhilallah al-Muthiri yang ditulis untuk meraih gelar magister di Universitas Umm al-Quro, Mekah, Fakultas Pendidikan, Konsentrasi Pendidikan Islam dan Perbandingan, mungkin bisa menyemangati para ayah untuk rajin berdialog dengan anak-anaknya.
Judul tulisan ilmiah tersebut adalah:
ِ
“Dialog orangtua dengan anak dalam al-Qur’an al-Karim dan aplikasi pendidikannya”
Dari judulnya saja, sudah luar biasa. Dan memang luar biasa isinya.
Menurut tulisan ilmiah tersebut, terdapat 17 dialog (berdasarkan tema) antara orangtua dengan anak dalam al-Qur’an yang tersebar dalam 9 Surat.
Ke-17 dialog tersebut dengan rincian sebagai berikut:
• Dialog antara ayah dengan anaknya (14 kali)
• Dialog antara ibu dan anaknya (2 kali)
• Dialog antara kedua orangtua tanpa nama dengan anaknya (1 kali)
Lihatlah ayah, subhanallah...
Ternyata al-Qur’an ingin memberikan pelajaran. Bahwa untuk melahirkan generasi istimewa seperti yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya, harus dengan komposisi seperti di atas.
Jika kita bandingkan, ternyata dialog antara ayah dengan anaknya, lebih banyak daripada dialog antara ibu dengan anaknya. Jauh lebih banyak. Lebih sering. 14 banding 2!
Kalau hari ini banyak muncul ayah ‘bisu’ dalam rumah, inilah salah satu yang menyebabkan munculnya banyak masalah dalam pendidikan generasi.
Sebagian ayah seringkali kehabisan tema pembicaraan dengan anak-anaknya. Sebagian lagi hanya mampu bicara dengan tarik urat alias marah.
Ada lagi yang diaaamm saja, hampir tidak bisa dibedakan saat sedang sariawan atau memang tidak bisa bicara.
Sementara sebagian lagi, irit energi; bicara seperlunya. Ada juga seorang ayah yang saat dia belum selesai bicara sang anak bisa menyela, “Cukup yah, saya bisa lanjutkan pembicaraan ayah.” Saking rutinitas pembicaraannya yang hanya basa basi dan itu-itu saja.
Jika begitu keadaan para ayah, maka pantas hasil generasi ini jauh dari yang diharapkan oleh peradaban Islam yang akan datang. Para ayah selayaknya segera memaksakan diri untuk membuka mulutnya, menggerakkan lisannya, terus menyampaikan pesannya, kisahnya dan dialognya.
Ayah, kembali ke al-Qur’an..
Dialog lengkap, utuh dan panjang lebar di dalam al-Qur’an, hanya dialog ayah kepada anaknya. Bukan dialog ibu dengan anaknya. Yaitu dialog Luqman dengan anaknya. Sebuah nasehat yang lebih berharga bagi seorang anak dari semua fasilitas dan tabungan yang diberikan kepadanya.
Dengan kajian di atas, kita terhindar dari kesalahan pemahaman. Salah, jika ada yang memahami bahwa dialog ibu tidak penting. Jelas sangat penting sekali dialog seorang ibu dengan anaknya.
Pemahaman yang benar adalah, al-Qur’an seakan ingin menyeru kepada semua ayah: ayah, harus rajin berdialog dengan anak. Lebih sering dibanding ibu yang sehari-hari bersama buah hati kalian.
Dan...
Jangan sampai menjadi seorang ayah bisu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ilustrasi manajemen waktu

Suatu hari, seorang ahli 'Manajemen Waktu' berbicara di depan sekelompok mahasiswa bisnis, dan ia memakai ilustrasi yg tidak akan dengan mudah dilupakan oleh para siswanya.Ketika dia berdiri dihadapan siswanya dia berkata: "Baiklah, sekarang waktunya kuis " Kemudian dia mengeluarkan toples berukuran galon yg bermulut cukup lebar, dan meletakkannya di atas meja.Lalu ia juga mengeluarkan sekitar selusin batu berukuran segenggam tangan dan meletakkan dengan hati- hati batu-batu itu kedalam toples.Ketika batu itu memenuhi toples sampai ke ujung atas dan tidak ada batu lagi yg muat untuk masuk ke dalamnya, dia bertanya:" Apakah toples ini sudah penuh?"Semua siswanya serentak menjawab, "Sudah!"Kemudian dia berkata, "Benarkah?"Dia lalu meraih dari bawah meja sekeranjang kerikil. Lalu dia memasukkan kerikil-kerikil itu ke dalam toples sambil sedikit mengguncang-guncangkannya, sehingga kerikil itu mendapat tempat diantara celah-celah batu-batu itu.Lalu ia bertanya kepada siswanya sekali lagi: "Apakah toples ini sudah penuh?"Kali ini para siswanya hanya tertegun, "Mungkin belum!", salah satu dari siswanya menjawab."Bagus!" jawabnya.Kembali dia meraih kebawah meja dan mengeluarkan sekeranjang pasir. Dia mulai memasukkan pasir itu ke dalam toples, dan pasir itu dengan mudah langsung memenuhi ruang- ruang kosong diantara kerikil dan bebatuan.Sekali lagi dia bertanya, "Apakah toples ini sudah penuh?""Belum!" serentak para siswanya menjawab sekali lagi dia berkata, "Bagus!"Lalu ia mengambil sebotol air dan mulai menyiramkan air ke dalam toples, sampai toples itu terisi penuh hingga ke ujung atas.Lalu si Ahli Manajemen Waktu ini memandang kpd para siswanya dan bertanya: "Apakah maksud dari ilustrasi ini?"Seorang siswanya yg antusias langsung menjawab, "Maksudnya, betapapun penuhnya jadwalmu, jika kamu berusaha kamu masih dapat menyisipkan jadwal lain kedalamnya!""Bukan!", jawab si ahli, "Bukan itu maksudnya. Sebenarnya ilustrasi ini mengajarkan kita bahwa :JIKA BUKAN BATU BESAR YANG PERTAMA KALI KAMU MASUKKAN, MAKA KAMU TIDAK AKAN PERNAH DAPAT MEMASUKKAN BATU BESAR ITU KE DALAM TOPLES TERSEBUT."Apakah batu-batu besar dalam hidupmu? Mungkin anak-anakmu, suami/istrimu, orang-orang yg kamu sayangi, persahabatanmu, kesehatanmu, mimpi-mimpimu. Hal-hal yg kamu anggap paling berharga dalam hidupmu.Ingatlah untuk selalu meletakkan batu-batu besar tersebut sebagai yg pertama, atau kamu tidak akan pernah punya waktu untuk memperhatikannya.Jika kamu mendahulukan hal-hal yang kecil dalam prioritas waktumu, maka kamu hanya memenuhi hidupmu dengan hal-hal yang kecil, kamu tidak akan punya waktu untuk melakukan hal yang besar dan berharga dalam hidupmu".

kata mutiara

tak ada harga atas waktu tapi waktu itu sangat berharga. memiliki banyak waktu tidak akan membuat kita kaya,tpi menggunakannya denga baik adalah sumber kekayaan.